Keraton Jogjakarta yang eksotis

Keraton Yogyakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan di Indonesia yang paling terkenal. Keraton Yogyakarta merupakan bangunan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono ke-1. Pada masa itu fungsi Keraton merupakan tempat tinggal para raja atau Sultan dan kerabatnya, namun sekarang fungsi Keraton beralih menjadi tempat wisata, museum pusat kebudayaan Jawa dan sebagai tempat tinggal Sultan Hamengku Buwono. Di Keraton Jogjakarta terdapat nilai-nilai sosial budaya dan religi dalam pendirian maupun pemanfaatannya. Keraton ini selain sebagai tempat tinggal raja atau Sultan dan juga pusat kebudayaan Jawa, Keraton Jogjakarta pun sekarang dijadikan sentra perkembangan budaya Jawa. Bagi para wisatawan yang yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta, bukan hanya di suguhkan dengan bangunan-bangunan serta kompleks-kompleks yang terdapat di keraton, namun juga bisa belajar tentang kebudayaan Jawa dengan segala adat istiadatnya.

Keraton Jogjakarta yang eksotis

Kompleks Keraton Jogjakarta/yogyakarta Hadiningrat

Keraton Jogjakarta memiliki nama lengkap Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mulai di dirikan oleh Sultan Hamengku Buwono 1 beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 19755. Konon lokasi untuk membangun Keraton Ngayogyakarta merupakan bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati, di mana pesanggrahan ini biasa digunakan untuk tempat beristirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang akan dinmakamkan di pemakaman Imogiri.

Apabila di lihat, Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler, Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kemandhungan Kidul, dan Siti Hinggil Kidul. Adapun arsitek pembangunan Keraton adalah Sultan Hamengku Buwono 1 sendiri yang juga pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Desain serta tata ruang dari keraton berikut kota tua Yogyakarta di selesaikam dari tahun 1755-1756. Sedangkan bangunan lainnya ditambahkan oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang terlihat sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang di lakukan oleh Sri Sultan Hamengku Bawono VIII yang menduduki tahta dari tahun 1921 hingga tahun 1939.


Tata ruang Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Dahulu bagian utama keraton dari utara hingga selatan, dimulai dari Gapura Gladhag sampai ke Plengkung Nirboyo di selatan. Namun sekarang bagian utama Keraton Yogyakarta hanya Gapura Gladhak hingga Pangurakan yang meliputi Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara), Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kesultanan), Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, kompleks Kamdhungan Kidul, Kompleks Siti Hinggil Kidul (Sasana Hinggil) Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya Kidul atau biasa di sebut dengan Plengkung Gadhing. Kompleks-kompleks yang ada di dalam keraton ini bisa di kunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat arsitektur Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Selain bagian utama, keraton juga memiliki bagian atau kompleks lain diantaranya yaitu Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, Komplek Dalem Mangkubumen atau dulu yang di sebut Sawojajar (Istana para putra mahkota). Sedangkan di sekeliling keraton terdapat sistem pertahanan berupa tembok Cepuri dan Baluwarti. Sedangkan di luar tembok juga terdapat bangunan yang terkait dengan keraton yaitu Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, Ndalem Kepatihan (Istana Perdana Mentri) juga Pasar Beringharjo.


Arsitekstur umum Keraton Yogyakarta

Secara umum setiap Kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir putih yang berasal dari pantai selatan. Bangunan utama serta pendamping  juga di tanami dengan pohon tertentu. Antara komplek satu dengan kompleks yang lainnya dipisahkan dengan tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan regol atau pintu yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Sedangkan pintunya terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono, dan pada regol tertentu penyekatnya terdapat ornamen dan ukiran khas.

Bangunan-bangunan yang berada di Keraton Yogyakarta jika kita lihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu dapat kita lihat sentuhan dari budaya asing Seperti, Portugis, Belanda bahkan Cina. Pada bangunan di setiap Kompleks biasanya berbentuk atau kontruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding di sebut dengan Bangsal, sedangkan Joglo tertutup disebut dengan Gedhong (gedung). Selain bangunan tersebut juga terdapat bangunan berupa kanopi atau yang disebut dengan Tratag. Pada perkembangannya saat ini bangunan Tratag terbuat dari tiang besi beratapkan genteng tanah liat dan seng yang berwarna merah atau abu-abu.

Permukaan atap Joglo berupa berbentuk trapesium bahannya terbuat dari sirap genting tanah maupun seng apa tersebut ditopang oleh 4 tiang utama yang disebut dengan soko guru yang berada di tengah bangunan, dan tiang-tiang lainnya. Pada tiang-tiang bangunannya biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan warna ornamen berwarna kuning emas hijau muda merah maupun yang lain sedangkan untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna Senada dengan warna pada tiangnya. Pada bangunan tertentu misalnya pada Manguntur Tangkil memiliki ornamen Putri mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif, Lam, Mim, Ra yang berada ditengah tiangnya.

Untuk alas tiang atau batu Ompak berwarna hitam dengan paduan ornamen warna emas. Sedangkan warna putih mendominasi warna pada dinding bangunan dan juga dinding pemisah kompleks. Untuk lantainya biasanya menggunakan batu pualam putih atau dari ubin motif. Lantai di buat lebih tinggi dari halaman berpasir, dan pada bangunan tertentu memiliki tinggi yang lebih. Pada bangunan tertentu juga di lengkapi dengan batu persegi yang di sebut dengan Selo Gelang yang merupakan tempat singgasana Sultan.

Pada tiap-tiap bangunan yang berada di keraton memiliki kelas atau strata tergantung dari fungsi dan jabatan penggunanya. Bangunan utama pada keraton yaitu bangunan yang di gunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih indah dan lebih rumit di bandingkan dengan bangunan kelas di bawahnya. Semakin rendah tingkatan kelasnya, maka motif ornamen akan semakin sederhana bahkan tanpa ornamen sama sekali. Selain ornamen, untuk melihat kelas bangunan juga bisa di lihat dari bahan yang di gunakan untuk membangun tempat tersebut dan bentuk bangunan secara keseluruhan di tiap-tiap Kompleks Keraton Jogjakarta.

Jam buka dan harga tiket masuk Keraton Jogjakarta

Apabila anda ingin berwisata ke keraton Jogjakarta/Ngayogyakarta Hadiningrat, Tempat ini di buka setiap hari pukul 08.00-14.00 WIB. Sedangkan khusus hari Jumat buka jam 08.00-11.00. Sedangkan untuk tiket masuk, pengunjung di kenakan biaya sebesar Rp.7000.00 untuk wisatawan lokal, dan Rp 12.500.00 untuk wisatawan asing. Apabila menggunakan jasa pemandu, para pengunjung dikenakan biaya tambahan. Dan perlu di ingat, apabila pengunjung datang ke sini harus mematuhi peraturan yang ada, serta tidak di perbolehkan melakukan hal-hal yang tak lazim dan membuang sampah sembarangan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Keraton Jogjakarta yang eksotis"

Post a Comment